Beberapa waktu lalu, masyarakat Indonesia dikejutkan dengan hadirnya video penganiayaan yang dilakukan oleh sekelompok geng yang menamakan dirinya Geng Nero terhadap teman sekolahnya. Hal ini tentunya menjadi cambuk tersendiri bagi masyarakat Indonesia, khususnya pelajar.
Tidak sedikit orang yang mengecam perilaku bullying tersebut. Bahkan tidak sedikit juga, kaum muda yang memfokuskan dirinya untuk mengampanyekan ‘Anti Bullying’. Satu di antara kaum muda tersebut adalah Aprishi Allita, penulis Cool In School (GagasMedia).
Melalui wawancara yang dilakukan GagasMedia via e-mail, Aprishi mengaku juga pernah menjadi korban bullying, meski belum sampai pada kekerasan fisik. Lantas, apakah yang melatarbelakangi Aprishi turut andil dalam kampanye Anti Bullying ini?
“Pada awal tahun 2009, saya bersama beberapa teman kuliah melakukan kerja sosial di sebuah panti asuhan yang berisi remaja laki-laki yang duduk di bangku SMP dan SMA di Jakarta,” kata Aprishi mengawali kisahnya. “Selama 6 bulan di sana, saya menemukan satu isu yang sangat mengkhawatirkan yang menyelimuti anak-anak di panti tersebut, yaitu bullying,” katanya menambahkan.
Temuannya ini, lalu ia ungkapkan kepada pihak universitas tempatnya menimba ilmu dan akhirnya, beberapa dosen pun mengajak Aprishi bergabung untuk menjadi bagian dari satu proyek penyuluhan anti bullying di beberapa sekolah di Jakarta.
Sayangnya, mengampanyekan Anti Bullying ini tidak semudah kenyataan di lapangan. Kenyataan inilah yang membuat Aprishi memutuskan untuk menjadi guru di satu sekolah selama 6 bulan. Dari sana, ia pun menemukan satu hal yang paling sulit, yaitu mencoba membantu korban agar mau bercerita mengenai masalah yang mereka alami.
“Hampir satu tahun saya mencoba mendalami tiga kasus korban bullying yang beberapa kali telah mencoba untuk bunuh diri. Untuk membuat satu korban bullying bercerita saja memerlukan banyak sekali waktu yang diluangkan. Bagaimana bisa mengatasi bullying di Indonesia jika satu korban saja membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk dapat bercerita,” katanya.
Akhirnya, di awal tahun 2012, Aprishi membuat blog carikapapaya.com sebagai wadah bagi siapapun untuk bercerita mengenai bullying yang dilihat, dilakukan, maupun dialami oleh mereka. “Dari pembuatan blog sebagai eksperimen ini ternyata mendapatkan sambutan yang luar biasa dari teman-teman,” tuturnya.
Kenapa korban bullying takut mengadu?
Seperti kita ketahui, kebanyakan dari korban bullying ini takut untuk mengadu atau mengungkapkan apa yang telah terjadi pada dirinya. Menurut Aprishi, banyak hal yang melatarbelakangi alasan tersebut.
“Salah satunya, korban merasa tidak ada yang bisa dan mau membantunya. Selain itu, seringnya ada ancaman dari pelaku untuk tidak mengadu atau ia akan mendapatkan bully yang lebih parah lagi.”
Di Indonesia sendiri, tahapan bullying ini sangat beragam tingkatannya dan sulit untuk dikategorikan parah atau tidak. Dari yang mengakibatkan anak malas ke sekolah, sampai yang bunuh diri ada di Indonesia.
“Sejak lama, bullying sudah sangat menjamur dan mengkhawatirkan. Namun, menurut saya, isu ini hanya korban “pembiaran” saja. Dianggap biasa dan memang alami terjadi di sekolah oleh anak-anak sekolah, orangtua, guru, dan masyarakat luas. Mungkin karena pembiaran tersebut yang menjadikan bullying semakin parah,” katanya.
Edukasi & Awareness
Menurut Aprishi, edukasi dan membangun awareness semua pihak adalah beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengantisipasi adanya bullying. Oleh karenanya, Aprishi tidak berpikir panjang ketika GagasMedia menawarkan dirinya untuk membuat sebuah buku.
“Buku ini pada umumnya saya harapkan dapat menjadi gerbang edukasi yang bisa dimanfaatkan sebagai alat untuk meningkatkan awareness masyarakat Indonesia terhadap isu bullying. Khususnya, untuk teman-teman yang sedang bersekolah agar bisa terhindar dari bullying dan menjadi pribadi yang pede,” katanya.
Dalam proses pembuatan buku ini pun, Aprishi mengaku tidak mengalami kesulitan yang berarti. Bahkan, ia merasa tertantang karena harus menulis sebuah buku yang bahasanya santai, namun “berisi”.
Tip menghindari bullying & harapan ke depan
Edukasi diri sendiri sedini mungkin dan pede saja jadi diri sendiri di sekolah adalah tip dari Aprishi untuk menghindari bullying. Tidak hanya itu, ia pun berharap agar teman-teman yang masih bersekolah bisa aware dan peduli terhadap isu bullying. “Sehingga mereka mau menjadi agen perubahan di sekolah masing-masing,” katanya menutup wawancara ini.