“Mulut lo nggak sesuai sama jilbab lo.“
“Sekolah di Jerman tapi akhlaknya nol.“
“Bad influencer! Di mana manner lo?!“
“Halah banyak bacot lo. Dasar attention seeker!“
“Lo nggak dididik dengan benar sama orang tua lo.“
Kita nggak butuh pisau untuk membunuh seseorang. Kata-kata yang ditujukan ke gue itu tentu bikin gue down. Semuanya ingin gue hilangkan dari ingatan, tapi nggak pernah berhasil. Nggak mengacuhkan omongan orang lain ternyata nggak mudah. Gue udah coba segala cara; self healing, curhat ke teman, curhat ke psikolog, semuanya. Namun, sampai sekarang kejadian itu masih terasa fresh di otak, seakan-akan baru kemarin menimpa gue.
Cyber bullying ini salah satu yang gue ceritakan di A Cup of Tea. Selain itu, gue menuliskan tentang perpisahan yang gue lewati, perjalanan yang mengubah diri, kehidupan setelah pernikahan, hingga kebahagiaan yang gue cari. Lewat buku ini gue berharap kita mendapat kekuatan untuk terus jalan, dan mencari untuk menemukan. “We are a fighter. Don’t let other people say otherwise.”