Ketika Obsesi Mengalahkan Segalanya
Percaya atau tidak, terkadang usia bisa membuat seorang wanita pusing, lho. Apalagi jika dikaitkan dengan status seseorang yang belum menikah atau belum juga punya pasangan saat usia sudah mendekati kepala tiga.
Masalah seperti itu sepertinya juga dialami oleh Jennifer. Mendekati usia 30 tahun, semua keyakinan dan percaya dirinya mulai mendekati tahap kritis. Pasalnya, mantan pacar dan adiknya akan segera menikah. Sedangkan dirinya, tanda-tanda memiliki seorang kekasih pun belumlah nampak.
Seperti halnya wanita lain, Jennifer pun tidak segan-segan untuk mengikuti biro jodoh secara online. Hasilnya, semua lelaki yang telah copy darat dengannya sangat-sangat tidak masuk dalam kategori oke!
Belum tuntas urusan asmaranya, Jennifer juga ‘dipaksa’ untuk segera mendapatkan pekerjaan baru. Menjadi copywriter di departement store Keller memang bukan pekerjaan impiannya, tapi cukup untuk sementara ini.
Berada dalam situasi seperti ini membuat Jennifer cukup ketar-ketir menghadapinya. Seolah ia berada dalam suatu persimpangan tanpa tahu harus memiliki jalan yang mana. Namun di sisi lain, Jennifer juga sangat terobsesi untuk mendapatkan pasangan dalam hidupnya.
Jangankan untuk membantu adiknya yang sedang sibuk mempersiapkan pernikahan, kebutuhan untuk diri sendirinya pun sangat sulit untuk Jennifer penuhi. Hingga suatu saat, seseorang bernama Brad datang ke dalam hidup Jennifer dan mengubah semuanya.
Brad membuat Jennifer menjadi wanita paling bahagia di dunia. Brad membuat Jennifer merasa jatuh cinta. Meski ia sendiri tidak tahu dan tidak bisa menjamin, apakah orang yang ia cintai itu tidak akan membuatnya sakit hati.
Kisah hidup dan cinta Jennifer dalam Jennifer Johnson is Sick of Being Single karya Heather McElhatton mengajarkan kita untuk membuka mata dan hati lebih luas terhadap orang-orang sekitar kita. Khususnya bagi mereka yang sedang mencari sang pujaan hati.
Terkadang, apa yang berdiri di hadapan kita belum tentu seindah apa yang terlihat. Untuk memutuskan apakah seseorang itu tepat atau tidak, tentunya kita butuh pendekatan lebih dalam terhadap dirinya. Jadi, jangan hanya karena faktor usia yang mulai mendekati tahap waspada maka kita bisa seenaknya memilih dia sebagai ‘the one’.