Sebuah rumah yang terletak di Gegerkalong Girang, Bandung, ini adalah pusat rehabilitasi yang dibangun oleh para pemuda dengan latar belakang mantan pecandu narkoba. Rumah yang dapat membawa perubahan besar pada hidup pecandu narkoba dan ODHA di Indonesia.
Sumber foto: www.rumahcemara.org
Sebuah rumah yang terletak di Gegerkalong Girang, Bandung, ini adalah pusat rehabilitasi yang dibangun oleh para pemuda dengan latar belakang mantan pecandu narkoba. Rumah yang dapat membawa perubahan besar pada hidup pecandu narkoba dan ODHA di Indonesia.
Rumah Cemara berdiri pada tahun 2003 oleh lima orang mantan pecandu narkoba di Bandung. Mereka mendirikan Rumah Cemara sebagai organisasi berbasis komunitas memiliki tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup orang dengan HIV/AIDS (ODHA) dan pecandu narkoba di Indonesia melalui pendekatan dukungan sebaya. Bisa dikatakan bahwa Rumah Cemara ini adalah jejaring ODHA dan pecandu narkoba terbesar di Jawa Barat.
Mereka memiliki staf sebanyak 45 orang yang hampir semuanya adalah mantan pecandu narkoba dan sebanyak 85% sudah terinfeksi HIV. Salah satu pendirinya adalah Ginan Koesmayadi, seorang mantan pecandu yang juga HIV positif ini dengan semangat mengobarkan keinginannya agar Indonesia tidak mendiskriminasikan ODHA dan pecandu narkoba.
Ginan merasa bahwa penderita HIV juga dapat hidup layak di dalam masyarakat. Ia ingin mengubah stigma masyarakat yang berpendapat bahwa ODHA tidak berhak hidup bersama orang normal karena takut tertular. Padahal, jika hanya bersentuhan melalui kulit, virus HIV tidak akan menular.
Untuk itu, Rumah Cemara mengadakan berbagai kegiatan positif yang dapat mengubah stigma masyarakat. Salah satunya melalui sepak bola. Mereka membuat sebuah program bermain sepak bola yang diberi nama DKRC. Tak disangka, dari “hanya” bermain bola inilah mereka dapat membawa nama harum bangsa Indonesia.
Pada tahun 2011, Rumah Cemara mendaftarkan tim sepak bolanya untuk ikut pertandingan Homeless World Cup (HWC) tahun 2011 di Paris. Ajang itu adalah pertandingan olahraga untuk kaum yang termarjinalkan, termasuk mantan pecandu narkoba dan ODHA. HWC ini diikuti sekitar 72 negara dari berbagai benua. Indonesia meraih peringkat ke-6 mengalahkan puluhan negara lain. Ginan pun menyandang predikat best player pada tahun 2011. Tahun berikutnya, Rumah Cemara juga mengirimkan skuad terbaiknya untuk mengikuti HWC di Meksiko dan mereka pun meraih peringkat ke-4.
Tidak hanya itu, Rumah Cemara juga berkesempatan untuk mempresentasikan kegiatan mereka di kantor UNESCO di Paris. Sebagai linking organization International HIV-AIDS Alliance, mereka mendapat undangan beasiswa mengikuti coaching clinic sepak bola di Inggris.
Kini, Rumah Cemara mempunyai nama di kancah internasional. Melalui kegiatan positifnya, mereka mampu membuktikan bahwa orang yang termarjinalkan dapat membawa prestasi. Ya, mereka yang dianggap tak lagi memiliki masa depan, justru dapat mengharumkan nama bangsa.
Kisah tentang Rumah Cemara dapat kamu nikmati lebih dalam lagi pada buku Melampaui Mimpi karya Ginan Koesmayadi dan Sundea. Perjuangan Ginan sebagai mantan pecandu dapat dijadikan inspirasimu untuk memahami hidup lebih baik.