Menyiasati Waktu yang Tidak Tepat
Raskal dan Ole memang belum lama jadian. Saat ini, mereka baru akan menikmati enam bulan masa pacarannya. Tapi, ada sesuatu yang meresahkan hati keduanya.
Nampaknya, godaan having sex before marriage mulai menggelayuti pikiran Raskal dan Ole. Apalagi, kedua sahabat Raskal—Jojo dan Randy—selalu ngompor-ngomporin Raskal untuk mencoba hal itu. Kalau udah ngoceh tentang hal tersebut, dengan segala daya upaya Raskal pasti membentengi dirinya agar nggak termakan bujuk rayu kedua sahabatnya itu.
Demikian pula dengan Ole. Anak bungsu dari keluarga Tanoewidjaja ini bahkan udah sering kali memergoki sang kakak—Stella—tengah bercumbu dengan pacarnya di rumah. Itulah yang membuat Ole terkadang ingin sekali merasakannya.
Hingga suatu saat, pas Raskal dan Ole sedang berduaan di mobil, terjadilah tradisi “tancap tiang” itu. Walau hanya sesaat dan sekali aja melakukannya, ternyata langsung gol. Kepanikan mulai menyerang mereka berdua.
Berbagai jalan keluar sudah terlintas di pikiran mereka berdua. Di satu sisi, untuk melakukan tindak pengguguran bayi, jelas menakutkan. Tapi, untuk tetap mempertahankan kehamilan juga nggak gampang. Untungnya, ada seseorang yang membuka jalan pikiran Raskal dan Ole. Dengan begitu, mereka berdua nggak mengambil tindakan bodoh dengan menghilangkan janin yang ada di perut Ole.
Sayangnya, permasalahan nggak berhenti sampai di situ. Pertanggungjawaban ke masing-masing keluarga harus mereka lalui. Mampukah Raskal dan Ole mempertanggungjawabkan masalah yang mereka buat kepada keluarga masing-masing?
Semuanya bisa kamu baca dalam novel adaptasi MBA; Married By Accident karya Ve Handojo yang diterbitkan oleh GagasMedia. Seperti halnya cinta, seks juga butuh timing yang tepat. Waktu atau momen yang tepat itu memang bisa diciptakan. Tapi, yang lebih penting adalah bisa nggak kita menghindari timing yang tidak tepat?
Profil penulis:
Ve Handojo lahir di Jakarta, 11 April 1980-sekian (katanya). Ia sudah menulis enam skenario film layar lebar, dan tiga judul sinetron – salah satunya yang berjalan nonstop selama nyaris tiga tahun. Ia juga sering menulis untuk harian The Jakarta Post, majalah FRV (Fine Restaurant & Villas), majalah Her World, dan lain sebagainya. Untuk koleksi pribadinya, ia juga menulis puisi dan cerita-cerita pendek. Begitu terima gaji atau royalti, ia langsung jalan-jalan buat cari ide, cari inspirasi, dan jodoh. Biasanya, yang terakhir itu selalu gagal. Akibatnya, ia curhat lagi lewat tulisannya. Maka jadilah skenario, artikel, puisi, atau cerpen baru. Begitulah siklus hidupnya yang cukup membosankan. Kalau mau tahu lebih lengkap, silakan klik http://vehandojo.blogdrive.com.