Wasiat Ngeblog dari Ndoro Kakung

Wasiat Ngeblog dari Ndoro Kakung

Barangkali kamu salah satu yang sering mampir di blog Ndoro Kakung. Dari mana asal-usul pilihan nama ndoro kakung dan bagaimana jurus ngeblog ala Wicaksono ini?

Pada mulanya, beberapa kawan memanggil Wicaksono dengan sebutan ndoro. Lalu, ia mengimbuhi menjadi ndoro kakung. Sekaligus menjadikannya sebagai brand yang unik, serta sebagai penunjuk identitas bahwa Wicaksono orang Jawa tulen. Maka, jadilah domain personal dan jadilah blog Ndoro Kakung itu.

Pecas ndahe adalah tagline besar yang mengusung rasa dan gaya blog ini. Bagi yang sudah tahu mungkin akan langsung ngakak saat pertama kali membuka halaman blog ini dan menemukan kata pecas ndahe. Di Jogja dan Solo, istilah pecas ndahe biasa digunakan sebagai umpatan.

“Saya sengaja memakai kata itu untuk menunjukkan kekesalan hati saya bila melihat dunia yang semakin tua dan penuh tikungan mengejutkan ini,” jelas Wicaksono. Namun lama kelamaan, pecas ndahe bukan lagi sebagai umpatan, malah menjadi semacam kiasan dan penanda untuk judul pada tulisan-tulisannya. Misalnya Email Pecas Ndahe, Rani Juliani Pecas Ndahe, Blackberry Pecas Ndahe, dan seterusnya.

Sekadar catatan, di kalangan blogger di Indonesia, ndorokakung.com adalah salah satu blog yang disegani. Bukan karena alasan memiliki komentar banyak atau bertrafik tinggi. Barangkali, karena spirit ngeblog yang konsisten dan tentunya konten yang ditulis dengan bahasa yang sederhana, ringan, menghibur, dan kadang mengundang tawa.

Namun kali ini bukan soal blognya yang coba kita apresiasi. Tapi buku pertamanya yang berjudul Ngeblog dengan Hati. Ini adalah buku penting dan bisa jadi ‘pegangan’—semacam handout—untuk para blogger di Indonesia. Buku ini tidak menyoal tentang bagaimana ngeblog yang mendatangkan uang. Bukan pula soal akal-akalan menaikkan trafik kunjungan. Bukan soal SEO (search engine optimization). Namun soal ngeblog dengan ketulusan. Ngeblog dengan hati dan filosofinya.

Dalam buku ini Wicaksono menyebut ngeblog itu bak lari maraton. Begitu mulai, kita tak perlu bergegas. Atur kecepatan dan napas, juga irama. Perjalanan begitu panjang. Kita tak perlu buru-buru berhenti. Demikian tulis Wicaksono dalam pengantar bukunya terkait spirit ngeblog dan soal blogisme.

Saat ditanya apa filosofi ngeblog Ndoro Kakung. Redaktur Utama Koran Tempo ini menjawab: “Blog buat saya adalah tempat berbagi, bisa gagasan, pendapat, ilmu, informasi, kabar, berita, dan sebagainya. Blog itu tempat saya melakukan eksperimen sosial. Ibaratnya ia semacam laboratorium ide.”

Tepatnya buku ini ditujukan buat siapa? “Buku ini untuk siapa saja, baik yang belum maupun sudah memiliki blog. Tapi buku ini bukan petunjuk atau panduan teknis membuat blog. Isinya hanya semacam saklar yang saya harapkan mampu menyalakan lampu ide di kepala para pembaca. Ia hanya pemicu,” papar Ndoro Kakung.

Dalam buku ini juga dijelaskan konten blog adalah raja. Sebagaimana disebutkan pada tulisannya ‘Yang penting isi, Bukan akal-akalan’. Dalam buku ini juga kamu akan banyak belajar soal spirit ngeblog dari seorang jurnalis.

Masih banyak lagi wejangan dan wasiat-wasiat untuk ngeblog a la Ndoro Kakung. Buku ini ditulis dengan sederhana dengan gaya bertutur yang ringan. Sebagaimana testimoni dari Raditya Dika, ini buku wajib para blogger. Jadi silakan langsung saja disimak buku Ngeblog dengan Hati yang diterbitkan Gagasmedia. Hurry up!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

RACUN SANGGA