GagasMedia bersama Alvi Syahrin beberapa waktu lalu mengadakan serangkaian acara talkshow buku Jika Kita Tak Pernah Jatuh Cinta di wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah. Dan, Surabaya menjadi kota pembuka rangkaian talkshow ini.
Jumat, 22 Februari 2019, Alvi ditemani oleh Rara—editor GagasMedia—menyapa para pembaca di Gramedia Royal Plaza, Surabaya, tepat pukul 16.00. Acara berlangsung meriah dan seru. Alvi yang saat itu mengenakan kemeja berwarna hitam secara gamblang menceritakan proses kreatif di balik penulisan buku nonfiksi perdananya ini.
Pada kesempatan itu, meski ini merupakan buku nonfiksi perdana Alvi, proses penulisan Jika Kita Tak Pernah Jatuh Cinta terbilang singkat, yakni 3-4 bulan. Namun, untuk konsep buku tersebut prosesnya mencapai satu tahun.
Perjalanan panjang pun harus dilalui Alvi sebelum ia benar-benar menuliskan konsep tersebut. Menurutnya, setiap orang pasti mencari sesuatu dalam hidupnya. Namun, belum tahu apa dan seperti apa jawabannya. Proses seperti itulah yang Alvi lalui sebelum ia mantap menulis buku Jika Kita Tak Pernah Jatuh Cinta.
Setelah Surabaya, Alvi dan tim GagasMedia pun melanjutkan rangakaian talkshow ini menuju Malang pada hari Minggu, 23 Februari 2019. Sebelum menyapa pengunjung Gramedia Malang Town Square pada pukul 14.00, Alvi terlebih dahulu menyapa para pendengar setia 102.1 Kalimaya Bhaskara FM Malang secara live pada pukul 10.00 pagi.
Menuju Semarang dan Yogyakarta
Seminggu setelah talkshow di Surabaya dan Malang, tepatnya Jumat, 29 Maret 2019, Alvi kembali mengudara secara live di 98.9 SONORA FM Semarang pada pukul 14.00. Setelah berbagi cerita Jika Kita Tak Pernah Jatuh Cinta melalui siaran radio, Alvi pun melanjutkan talkshow di Gramedia Balai Kota Semarang pada pukul 16.00 dan keesokan harinya, Sabtu, 30 Maret 2019 di Gramedia Jogja City Mall pukul 14.00.
Dalam rangkaian talkshow ini, Alvi tidak hanya berbagi cerita seputar buku Jika Kita Tak Pernah Jatuh Cinta saja, tetapi juga tip kepenulisan. Menurutnya, untuk bisa menulis sebuah buku, seseorang harus memiliki ide. Nantinya, ide tersebut di-break down hingga akhirnya menjadi sebuah outline.
“Bikin outline/kerangka ini juga nggak gampang. Butuh mikir, butuh cari tahu ini-itu, butuh banyak baca. Nulis ide itu memang butuh mikir dan mikir itu merupakan perjalanan individual dan kita nggak akan pernah tahu perjalanan itu seperti apa,” kata Alvi.
Selanjutnya, setelah outline dibuat, Alvi menyarankan agar menulis kalimat-kalimat pendek saja, tapi harus selesai.
Selain itu, menurut Alvi, menulis baginya adalah perjalanan panjang. Bahkan, jauh sebelum ia menulis buku Jika Kita Tak Pernah Jatuh Cinta, ia membekali dirinya dengan banyak membaca buku.
“Mungkin itu salah satu influence/pengaruhnya. Jadi, mulai dari banyak baca lalu mulai menulis. Perjalanan itu membentuk titik-titik kecil hingga akhirnya bisa seperti ini. Secara teori, banyak baca dan banyak latihan nulis. Karena kalau kita nulis saja tanpa banyak baca, tulisan kita akan kering. Di tengah-tengah bakal bosen dengan tulisan sendiri. Merasa begitu-gitu aja. Lalu, coba deh kamu lihat kembali masa lalumu. Lihat apa saja yang sudah terjadi dan apa saja yang bisa kamu bagikan ke pembaca,” begitu ungkapnya.
Nah, bagi kamu yang belum pernah membaca Jika Kita Tak Pernah Jatuh Cinta, buruan saja dapatkan bukunya di toko buku langgananmu. Atau, sila unduh ebook-nya melalui Play Store. Selamat membaca!
sumber:
https://www.youtube.com/watch?v=lr0xgWS3AQ0
https://www.youtube.com/watch?v=yuHc_91SBTM