Berbicang dengan Mereka yang Inspiratif

aksi menginspirasi

Kemeriahan Kumpul Penulis Pembaca (KPP) 2015 masih terus terasa hingga siang hari meski cuaca di Jakarta saat itu terlihat mendung. Hawa dingin yang menyelimuti panggung utama di Galeri 678 Kemang tidak menyurutkan semangat para pengunjung untuk mengikuti diskusi yang ada.

aksi menginspirasi

Kemeriahan Kumpul Penulis Pembaca (KPP) 2015 masih terus terasa hingga siang hari meski cuaca di Jakarta saat itu terlihat mendung. Hawa dingin yang menyelimuti panggung utama di Galeri 678 Kemang tidak menyurutkan semangat para pengunjung untuk mengikuti diskusi yang ada.

Seperti halnya saat diskusi Aksi Menginspirasi dimulai. Acara yang dimoderatori oleh Chiki Fawzi ini menghadirkan para pembicara; Motulz, Ainun Chomsun—penulis Kelas, Ecka Pramitha dan Ayuningtias Tri Waluyojati (Tim Pre School Online)—penulis Serunya Dunia Anak Usia Dini.

Apa saja, sih, aksi menginspirasi yang mereka jalankan selama ini?

Diskusi ini diawali dengan cerita Ainun Chomsun tentang perjuangannya mendirikan Akademi Berbagi.

“Saya ingin belajar. Namun uang yang saya miliki tidak banyak. Jadi, saya terbatas dalam memilih apa yang ingin saya pelajari,” kata Ainun menceritakan awal perjuangannya mendirikan Akademi Berbagi. “Akhirnya pada 2010, saya bikin saja kelas sendiri. Kebetulan, saya bertemu dengan orang-orang yang baik hati. Mau membagi ilmunya dengan saya secara cuma-cuma,” tambahnya.

Keputusan yang diambil Ainun untuk mendirikan Akademi Berbagi bukan perkara mudah. Namun, ia menjalaninya tanpa beban. Menurutnya, dengan berbagi kita tidak hanya membahagiakan orang lain, tetapi juga diri sendiri.

Perjuangan Ainun tidak berhenti setelah Akademi Berbagi berjalan selama 5 tahun ini. Perjuangan justru masih sangat terasa saat ia berada di luar Jawa. Selain harus menjaga komitmen dan mencari orang dengan visi yang sejalan, ia juga merasa sedikit kesulitan mencari murid.

“Murid-murid sekarang itu sudah merasa cukup dengan belajar di sekolah saja. Padahal, banyak hal yang bisa ia tambahkan di luar pelajaran sekolah,” kata Ainun.

Selain Ainun, Tim Pre School Online pun merasakan hal yang sama. “Buta” akan pengalaman mengasuh anak, menjadi salah satu alasan Ecka Pramitha mendirikan virtual grup di Facebook bersama admin-admin lainnya.

Melalui grup tersebut, Ecka bisa berbagi pengalaman seputar dunia pre-school dengan ibu-ibu lainnya. Tujuannya bukan seberapa banyak member yang mengikuti grup ini, tetapi mengajak para member untuk aktif dan berinisiatif dalam hal berbagi pengalaman dengan yang lainnya.

Nah, jika Ainun dan Tim Pre School Online melakukan aksi menginspirasinya di bidang pendidikan, lain halnya dengan Motulz. Pria yang satu ini bersama komunitas sketcher gemar sekali menggambar. Apa pun yang ada di otak atau sekitarnya ia tuangkan dalam goresan-goresan cantik di kertas.

Apa yang menjadi kegemaran Motulz rupanya sudah sangat tren dilakukan di luar negeri. Sayangnya, menurut Motulz, di Indonesia seorang sketcher kurang commons.

“Awalnya saya suka nulis di blog, suka foto-foto, dan bikin video. Belakangan suka juga dengan menggambar, khususnya menggambar cerita suasana saat perjalanan,” kata Motulz.

Kegemaran Motulz sangat bisa dilakukan oleh siapa saja. Menurutnya, sketching bukan sekadar bakat, tetapi bisa dilatih. Yang terpenting, amati secara mendalam dan bereksplorasilah.

“Selain bakat, kamu perlu minat dan aksi dalam menekuni hobi,” begitu kata Motulz yang kini dikenal sebagai traveling sketcher. Saat ini sudah banyak pula komunitas sketcher yang bisa diikuti.

Tak terasa, waktu satu setengah jam pun berlalu. Sebelum diskusi ini berakhir, Ainun berkata, “Ketika kita melakukan sesuatu, apa pun itu, yang terpenting adalah konsistensi dan komitmen untuk menjalankannya”.

RACUN SANGGA