Namira tercerai berai dari keluarga dan kampung halamannya yang dilanda perang saudara di Kei, kepulauan Maluku. Ia terpaksa harus tinggal di pengungsian di Langgur. Kisah duka yang paling mendalam dirasakannya kembali ketika mendapat kabar dari teman setianya, Mery, bahwa ayahnya telah ditemukan tewas menggenaskan di bibir pantai.
Di tengah pedihnya nestapa, ia bertemu dengan seorang pemuda, Sala namanya. Ia pergi dari kampung halamannya meninggalkan luka dalam setelah ibunya mati menjadi korban keberingasan para penyerang dari kelompok merah. Ia menjadi relawan untuk menjaga para pengungsi di Langgur. Dari sinilah babak pertama pertemuannya dengan Namira hingga menumbuhkan rasa cinta dan sayang di antara keduanya.
Namun, indahnya cinta Namira dan Sala yang sedang mekar tidak menghalangi peperangan yang terus meluas di kepulauan Maluku. Mereka harus menelan kepahitan kembali setelah Namira secara tidak sengaja terbawa kapal laut ketika para penyerang hendak tiba di Langgur. Sala merana dalam duka telah kehilangan Namira hingga dia hampir saja dibuat gila karenanya.
Novel ini menjadi “novel unggulan” Dewan Kesenian Jakarta 2012. Menurut AS Laksana, sastrawan dan dewan juri, novel Kei dituturkan lewat penokohan yang dinamis dan mendalam, pengelolaan alur yang intens dan kompleks tanpa menjadikan jalan cerita hilang. Latar yang dipilih pengarang berpadu secara selaras dengan konflik utama dalam cerita.
Bagaimana kelanjutan kisah Namira dan Sala? Apakah Sala berhasil lolos dari cengkeraman dunia hitam Jakarta? Bagaimana nasib Namira di Sulawesi? Ikuti kisahnya dalam novel yang ditulis oleh Erni Aladjai ini.