Hidup Itu Selalu Berubah!
Apa yang paling berkesan semasa duduk di bangku Sekolah Menengah Umum? Kebersamaan dengan para sahabat, mungkin salah satunya. Susah-senang selalu bersama.
Hal ini juga yang dirasakan Deni, Stefan, dan Juno. Kenangan gila semasa SMU bagi mereka merupakan hal terindah yang pernah mereka alami. Hanya saja, kegilaan mereka adalah kegilaan yang benar-benar ‘gila’. Dunia malam, wanita-wanita cantik, dan seks merupakan denyut hidup yang melekat erat dan tak terpisahkan dari diri mereka. Bagi mereka, hal itu yang membuat hidup terasa begitu mudah.
Sayangnya, kebersamaan mereka semasa SMU harus berhenti ketika lulus dari sekolah. Karena ayah Deni dipindahtugaskan ke Kalimantan Selatan, mau tidak mau Deni harus ikut dengan kedua orangtuanya. Sedangkan Juno, pergi ke Sydney. Hanya Stefan yang bertahan di Jakarta.
Setelah sebelas tahun nggak memiliki alasan apapun yang tepat untuk kembali ke Jakarta, akhirnya Deni mendapatkan keinginannya. Dengan syarat, ia bersedia menikah dengan Vicky—anak bos besar ayahnya Deni, Robert Raharjo.
Tanpa pikir panjang, Deni pun menyetujui hal itu. Baginya, soal lain-lain biar alam yang mengatur.
Waktu yang dinantikan akhirnya datang juga. Berdua dengan Juno, Deni menyiapkan sedikit kejutan buat Stefan yang baru saja akan berangkat ke kantornya. Mereka berkumpul lagi, seperti dulu ketika masih di SMU. Tentunya, dengan segudang permasalahan yang berbeda di antara ketiganya.
Namun demikian, sebelas tahun terpisah mereka masih tetap tiga orang sahabat yang sama. Tiga orang sahabat yang mencoba menatap masa depan dengan pandangan bocah SMU. Mereka jelas-jelas salah. Salah besar! Suka tidak suka, hidup harus berubah. Selalu berubah. Terutama bagi Deni. Sesuatu yang ada di diri dan tubuhnya, harus diubah.
Cerita tentang tiga orang sahabat SMU ini bisa kamu baca dalam novel adaptasi XL; Extra Large yang ditulis oleh Eric Tiwa. Novel yang diterbitkan GagasMedia ini bukanlah cerita tentang sesuatu yang ‘berbau nakal’. Melainkan cerita tentang perjuangan tiga orang cowok yang—mau tidak mau—harus mengubah jalan pikirannya demi masa depan mereka sendiri. Sesuatu yang sangat sulit bagi mereka.