Ketika Cita-cita Bukanlah Sekadar Impian
Memiliki cita-cita yang tinggi adalah satu hal yang wajar bagi tiap orang. Termasuk jika kamu menggilai sepak bola dan ingin menjadi seperti Zinedine Zidane, David Beckham, atau Ronaldinho.
I Made Turangga adalah anak yang sangat mencintai sepak bola. Baginya, sepak bola adalah pusat alam semesta dan hal terpenting dalam hidupnya. Kemahirannya memainkan bola tidaklah sia-sia. Buktinya, Rangga mampu masuk ke jajaran tim utama klub sepak bola SMA Swasti Dharma di kota kelahirannya, Bali.
Mimpi Rangga lainnya adalah mengikuti turnamen Swargaloka—turnamen sepak bola antarSMA terbesar di Bali. Klub bola SMA Swasti Dharma memang bukan klub bola yang mudah untuk ditaklukkan. Bisa dibilang, reputasi klub Swasti Dharma cukup bagus di antara SMA lainnya. Dengan adanya Bayu sebagai Kapten sekaligus sahabat Rangga, kesebelasan Swasti Dharma mampu mengimbangi permainan lawan terberatnya, Tim Awighanam Astu.
Sayangnya, menjelang turnamen Swargaloka tahun ini, Klub Swasti Dharma harus bertemu Tim Awighanam Astu di pertandingan awal, bukan di babak semifinal atau final. Mereka harus bermain ekstrakeras agar bisa maju ke babak selanjutnya. Bagi anak-anak asuhan Dewa, inilah final yang sesungguhnya.
Semua orang di Klub Swasti Dharma begitu sibuk dengan jadwal latihan yang padat. Hal ini berlaku juga bagi Rangga. Makin hari, permainan Rangga makin bagus. Namun sayang, permainan sepak bolanya tidak sebagus kisah cintanya. Rangga yang menyimpan rasa terhadap Dewita—adiknya Dewa, tidak mampu untuk mengungkapkan sepatah katapun. Padahal keduanya sama-sama saling suka. Belum lagi, peran Dewa yang sangat overprotect terhadap adik semata wayangnya itu. Bukannya maju, Rangga malah diam di tempat.
Terlepas dari kisah cintanya, detik-detik menjelang turnamen semakin dekat. Ketika semuanya sudah siap menghadapi turnamen, lagi-lagi Rangga terkena masalah. Bisa dibilang, masalahnya kali ini lebih berat ketimbang ia tidak punya pacar. Rangga harus pindah ke Jakarta tepat di saat Klub Swasti Dharma bertanding melawan Tim Awighanam Astu.
Di satu pihak, turnamen ini adalah turnamen yang telah ia nanti-nantikan. Mencetak gol dan menjadi stiker yang mampu mempersembahkan kemenangan bagi Swasti Dharma adalah kesempatan yang belum tentu datang dua kali. Namun di lain pihak, Rangga tidak bisa menolak keputusan sang ayah yang selama ini sudah sangat baik terhadapnya.
Pilihan apa yang akan diambil Rangga saat sepak bola menjadi lebih dari sekadar permainan? Lantas, apa yang terjadi kemudian antara dirinya dan Dewita? Temukan jawabannya dalam Turangga Gila Bola karya Donnie Yodha yang diterbitkan GagasMedia.
Turangga Gila Bola bukanlah novel biasa. Begitu kamu buka isinya, kamu akan menemukan perpaduan antara novel dan komik. Hal itu membuat cerita yang ada menjadi lebih hidup dengan adanya gambar-gambar yang menunjang. Melalui novel ini pula, kamu bisa mengerti arti sebuah perjuangan dalam merealisasikan cita-cita di saat cita-cita itu bukanlah impian semata.
Profil Penulis:
Donnie Yodha adalah manusia aneh yang masih mencari tujuan hidup. Yang masih bisa menyempatkan diri buat nulis, menggambar, dan ngupil di sela-sela himpitan hidup. Hobi begadang sampai pagi tapi tetap heran kalau ngaca kenapa itu kantong mata bisa turun sampai dagu. Seorang pemimpin kambuhan yang masih belajar dan terlatih untuk mengubah mimpi jadi kenyataan. Turangga Gila Bola (TGB) adalah karya perdananya. Ia menyebut buku ini sebagai komel (komik-novel). Semua gambar yang ada di dalam buku ini, Donnie sendiri yang menggambarnya. Profil pribadi dan segala hal tentang TGB bisa kamu akses juga di www.donnieyodha.com dan www.turanggagilabola.com.