Mengikuti kisah perjalanan seseorang memang menyenangkan. Apalagi jika dalam perjalanan itu terdapat banyak hal tak terduga yang membuat kita makin penasaran. Seperti itulah perjalanan seorang Habel Rajavani dalam novel Persimpangan yang ditulis oleh Hasan Aspahani.
Melalui novel Persimpangan, Hasan Aspahani mengangkat kehidupan seorang anak muda masa kini yang begitu mencintai dunia jurnalisme namun harus menghadapi kenyataan pahit karena media tempat ia bekerja harus ditutup. Seperti apa cerita di balik novel Persimpangan ini? Yuk, kita ikuti dalam Tanya Penulis di bawah ini.
Rahmawanybm: Apakah Kakak pribadi pernah berada dalam satu persimpangan yang begitu rumit hingga akhirnya terinspirasi untuk menyelesaikan buku ini?
Skalamata: Sering dan selalu. Saya kira setiap manusia akan menghadapi situasi yang sama. Pengalaman hidup saya tentu saja menjadi bahan penting saya untuk menulis buku ini. Seperti kata Prof. Kuntowijoyo, fiksi adalah strukturisasi dari: pengalaman, imajinasi, dan nilai. Habel Rajavani tentu saja kisah fiksi, tokoh fiktif. Apakah saya memasukkan nilai-nilai hidup saya padanya dalam cerita? Iya. Tapi, banyak hal yang ada pada diri Habel pasti bukan saya. Ia sosok ideal yang saya imajinasikan, sebagian apa yang ada padanya adalah wujud dari apa-apa yang tak bisa saya raih dalam hidup saya. Fiksi memungkinkan itu. Selamat menemui Habel dan menemui saya juga dalam dirinya. Hehehe….
Deto_khan: Assalamualaikum. Ada beberapa pertanyaan dari aku, hehehe… Selama ini aku mengenal Abang suka menulis sajak dan buku-buku sastra. Penulis yang cukup produktif juga. Apakah Abang percaya dengan anggapan bahwa, setiap buku telah memilih pembacanya sendiri? Terlepas dari beberapa segi penentu sebuah buku. Buku itu akan mendapatkan takdir siapa yang akan membacanya, termasuk novel Persimpangan ini. Apa yang akan Abang lakukan jika, novel Persimpangan ini ternyata sepi pembaca? Bagaimana juga, jika ternyata novel Persimpangan ini meledak di pasaran?
Skalamata: Setiap buku pasti menemukan pembacanya… benar. Saya kerap bahagia karena bertemu orang yang membaca buku saya. Laku? Meledak? Semua penulis berharap seperti itu. Kalau itu terjadi saya senang karena itu terutama berarti gagasan saya sampai ke lebih banyak orang. Royalti adalah hak legal penulis, rezeki yang sudah diatur oleh Tuhan. Kepada-Nya saya bersyukur. Kalau tidak laku? Buku puisi saya selalu diterbitkan dengan kesadaran bahwa tak akan banyak terjual. Cetak dalam jumlah kecil.
Melatiamelia228: Hal apa yang membuat Kakak termotivasi untuk membuat buku ini?
Skalamata: Saya menemukan tokoh anak muda yang hidup pada masa kini. Masa ketika industri pers sakit. Tokoh itu Habel Rajavani, justru menemukan dirinya dalam pencarian yang sulit di dunia pers. Dia kecewa. Nah, konsep cerita itu saya bicarakan dengan @editor_gagasmedia, orang yang asyik banget diajak ngobrol,… dia perintahkan saya (hahaha) untuk bikin tiga bab contoh. Tentu saja saya bilang, “ashiyaap”. Tiga bab selesai, dia baca lalu kami sepakat novel ini selesai dalam sepuluh bab. Motivasi? saya ingin bicara tentang banyak hal kepada pembaca muda. Hal-hal yang rasanya agak sulit saya sampaikan dalam medium lain, tapi tentu saja juga karena saya suka bercerita. Novel ini adalah buah dari kecintaan saya pada dunia cerita. Kalau tak percaya, tanya saja Habel Rajavani.
Fitriyani_yeni: Apa yang kali pertama muncul dalam benak saat menulis buku ini, judul atau jalan cerita?
Skalamata: Judul awal buku ini adalah “Rhapsody Rajavani” dengan series title “Impromptu”, tapi ini “project title” yang sejak awal saya tahu akan ada diskusi lagi nanti bersama editor dan penerbit. Judul “Persimpangan” kami sepakati karena itulah judul yang paling keren, paling pas menggambarkan isi cerita, paling mudah diingat, paling bikin penasaran.
Faza.ka: Bagaimana proses berkarya Kakak dalam novel ini sehingga menimbulkan kebaruan teknik penceritaan dengan karya-karya lainnya?
Skalamata: Kebaruan itu lazim dikejar di dunia kreatif, termasuk dunia penulisan fiksi. Saya kira semua penulis sama, harus banyak baca, cari referensi, lalu mencari gaya yang baru. Tidak mudah, tapi asyik dan sebagai penulis tentu saya bahagia kalau pembaca juga merasakan keasyikan itu.
Agusnash: Bang @skalamata, selama ini saya baca sajak-sajak Abang… yang menarik dari sajak-sajak Abang penuh dengan inovasi. Mungkin bisa memberikan bocoran apa unsur inovasi dari novel Persimpangan?
Skalamata: Ini novel ketiga saya. Berbeda dengan dua novel sebelumnya tema, gaya, dan proses menulisnya sangat berbeda. Dua novel sebelumnya bertema sejarah dan kriminal. Novel ini tokohnya anak muda yang sepertinya hidupnya beres, tapi sesungguhnya berantakan. Inovasi? Saya memasukkan juga hal-hal aktual di Indonesia, persoalan besar lingkungan, bahaya di balik gemerlap wisata di Bali, perjudian di balik tradisi pacu kuda, orang-orang yang menanggung beban sejarah yang tak terselesaikan, dll. Inovasinya pada tema itu. Pada beberap bagian novel saya juga membuat narasi yang sedikit puitis.
Sonysirait: Bang @skalamata produktif bukan main, setiap tahun terbitkan buku puisi atau novel, apa yang membuat Abang tak kehabisan ide? Dan kenapa bisa seproduktif itu?
Skalamata: Mengatur waktu, itu kuncinya. Dulu saya bekerja di koran harian. Saya sempatkan mengisi blog. Itu bikin saya produktif. Lalu, saya kuliah S2, saya bikin blog lain dengan konsep baru. Saya juga memperluas pertemanan dengan orang-orang kreatif yang memberi atmosfer kreatif, antara lain saya bertemu, ngobrol, belajar dan kerja bareng @salmanaristo.
Bacabacaindonesia: Apa yang membuat Abang bersemangat merampungkan buku ‘Persimpangan’?
Skalamata: Setiap hal yang saya mulai, saya selalu bersemangat untuk menyelesaikannya. Semacam pertanggungjawaban pada diri sendiri. Semacam tekad untuk mengalahkan kemalasan sendiri.
Jovita512: Nilai apa yang mau disampaikan melalui novel ini?
Skalamata: Novel ini ingin bicara tentang keberanian untuk mengambil keputusan, hadapi hidup, jangan terhukum oleh perasaan bahwa kitalah orang yang paling malang di dunia ini. Libatkanlah hidupmu dengan banyak orang. Bantulah orang lain karena kadang dengan cara itu kita mengerti siapa diri kita. Novel ini bicara tentang: Go!
Diyahayuni_: Bagian mana sih yang tersulit dalam pembuatan cerita di novel ini? Dan bagaimana cara mengatasi cerita agar tidak keluar dari judul yang dibuat?
Skalamata: Alhamdulillah, proses menulis novel ini lancar. Tapi bagi saya sebagai penulis tak pernah ada buku yang ditulis dengan mudah. Yang sulit di buku ini adalah saya harus mengenang dengan kuat seluruh pengalaman saya ketika berusia seumur Habel Rajavani. Itu artinya masa-masa 25 tahun lalu. Ya, Habel adalah sarjana freshgraduate yang masuk dunia kerja dengan seluruh idealismenya. Tapi ia justru harus menghadapi tembok situasi yang memaksa dia berkompromi atau pergi. Itulah persimpangannya dan memilih untuk… (ah, baca deh… nanti spoiler).
Raspradin: Daya tarik apa yang membuat para pembaca novel interested buat milikin buku ini segera, Kak?
Skalamata: Apa daya tarik novel ini? Saya memulai tiap bab dengan puisi. Lalu, setting tempat ceritanya kaya. Habel berjalan ke berbagai tempat di negeri ini. Kalau mau menapaktilasi perjalanannya akan sangat mengasyikkan. Lalu, ini bukan buku terakhir yang saya tulis untuk Habel Rajavani. Tokoh ini akan terus berjalan. Memberi kesaksian tentang negeri ini dan tentang kehidupan. Jadi, buku ini perlu segera dimiliki karena Habel Rajavani itu sejenis orang yang juga perlu segera dijadikan kawan. Hehe..
Menarik bukan? Bagi kamu yang belum sempat membaca novel Persimpangan, dapatkan segera bukunya di toko buku langgananmu atau unduh ebooknya melalui PlayStore ya.