Perjalanan Cinta Sang Geisha
Di daerah bersalju itulah, pertama kali Shimamura bertemu dengan seorang geisha berpipi seputih angsa yang baru dibului bernama Komako. Di daerah dingin itu juga, Shimamura merasakan sesuatu yang berbeda dalam dirinya.
Keceriaan dan keistimewaan Komako, telah membuat Shimamura kembali ke tempat itu. Sebenarnya, Komako hanyalah seorang gadis biasa. Menjadi geisha bukanlah sesuatu yang sengaja dipilihnya. Keadaanlah yang membuat ia harus menjalankan pekerjaan itu.
Di antara geisha lainnya, Komako begitu berbeda. Setidaknya jika dilihat dari sudut pandang Shimamura. Banyak hal yang bisa menghanyutkan diri Shimamura saat ia berada di dekat Komako.
Komako merupakan tipe perempuan yang suka sekali menulis. Pengalaman demi pengalaman ia abadikan dalam sebuah buku harian. Inilah salah satu hal yang membuat Shimamura tertarik pada Komako. Bahkan, ketika bersama Komako, ia hanya menghabiskan sisa waktunya untuk ngobrol dan bersenda gurau.
Tanpa mereka sadari, sebenarnya mereka berdua telah saling jatuh cinta. Kemesraan di antara mereka telah terjalin sejak pertama mereka berdekatan. Namun, mungkinkah cinta mereka bersatu mengingat banyak hal yang harus diperjuangkan?
Membaca novel Daerah Salju (Snow Country) yang diterbitkan di Indonesia oleh GagasMedia ini membawa kita pada kisah percintaan yang begitu indah. Hal itu terlihat dari pemilihan kata yang dilakukan oleh Yusunari Kawabata, sang penulis.
Tidak hanya kisah cintanya saja yang menarik. Cerita tentang geisha-nya pun cukup mengorek rasa ingin tahu. Seperti kita ketahui, geisha merupakan wanita Jepang yang bekerja untuk menghibur para tamu. Para geisha ini bukanlah sembarang wanita penghibur. Mereka memiliki kemampuan untuk menampilkan tarian tradisional Jepang atau pun memainkan alat musik khas negeri sakura itu.
Dalam perkembangannya, geisha diidentikan dengan wanita-wanita penghibur yang bekerja di tempat prostitusi. Hal itu pun tercermin dalam novel yang diterjemahkan oleh A.S. Laksana ini, yaitu saat Shimamura minta dipanggilkan geisha yang bisa diajak ‘menemaninya’.
Namun, kamu jangan berharap di dalam novel ini ada unsur-unsur prostitusinya lho. Sebaliknya, novel ini begitu kaya akan keindahan, baik dari segi percintaannya maupun dari segi kebudayaan Jepang-nya.