Sekelumit Cerita tentang Pahlawan Tanpa Tanda Jasa
Banyak cerita yang bisa diungkap saat kita masih duduk di bangku sekolah. Salah satunya adalah cerita tentang Guru. Para pahlawan tanpa tanda jasa ini memang memiliki kenangan tersendiri bagi setiap muridnya.
Guru tidak hanya mengajarkan kita ilmu-ilmu yang mereka miliki. Lebih dari itu, guru juga bisa menjadi teman, sahabat, pemberi semangat, dan pemberi inspirasi bagi siapa pun, termasuk bagi Riris Vita Al Fiah dari SMA I NU, Gresik. Melalui tulisannya yang berjudul Thank You Mrs. Ria, ia mengenang sang guru Bahasa Inggris.
“Aku, dua tahun yang lalu, baru duduk di bangku SMA swasta favorit di kotaku. Meskipun awalnya aku tidak diterima di SMA negeri favorit pilihanku, aku pikir Tuhan melupakanku. Aku terpisah dari sahabat-sahabatku. Aku harus berhadapan dengan lingkungan dan teman-teman yang baru.
Saat aku SMA, ayahku pergi untuk selama-lamanya dari kehidupanku, ibuku, dan ketiga adik-adikku. Ekonomi keluargaku turun drastis karena ayahku adalah satu-satunya pencari nafkah di keluargaku. Memang, apa yang aku alami sudah umum. Aku akui itu. Banyak yang mengalami kejadian-kejadian yang lebih pahit dariku. Namun, aku tetap lemah tak berdaya. Prestasiku merosot. Aku melupakan belajar. Setiap pulang sekolah, aku membantu ibuku belanja untuk dagangan karena sejak ayahku tiada, kami membuka warung kelontong kecil-kecilan di rumah. Menjelang senja aku sampai di rumah. Kemudian, ibuku jualan jamu adukan setelah Isya. Aku pun mesti menjaga adik-adikku yang masih rewel. Maklum, mereka masih terlalu kecil untuk bermain sendiri. Umurnya empat tahun dan dua tahun. Aku merasa lelah dengan kehidupanku. Lelah yang amat sangat. Lelah yang tak pernah kutemui sebelumnya.
Suatu ketika aku mendapatkan tugas hafalan dari Bu Ria. Seorang guru Bahasa Inggris yang cantik dan terkenal menakutkan di mata teman-temanku. Walau sebenarnya, aku tahu beliau adalah sosok wanita yang lembut dan ramah-tamah. Entahlah, aku jadi grogi saat maju ke depan. Aku jadi takut. Dan, benar saja. Ketakutanku membuat aku kalah. Saat itu, aku sulit berucap. Aku gagal. Aku tidak bisa menghafal. Kemudian, beliau bertanya kepadaku, “Riris, mengapa nilai kamu merosot? Kamu telah berubah. Kamu bukan seperti Riris yang saya kenal dulu. Apakah kamu belajar di rumah?”
Aku tak dapat menjawab. Aku menangis. Entah air mata dari mana itu. Aku pikir air mataku sudah habis saat ayahku pergi. Lalu, beliau menulis kata don’t cry di lembaran hafalanku. Namun, air mataku tak dapat berhenti. Aku langsung menuju ke mejaku. Aku berusaha untuk berhenti menangis. Setelah istirahat, ada temanku yang memberiku sebuah map yang katanya dari Bu Ria. Perlahan, aku membukanya. Isinya sebuah surat dan tiga lembar kertas yang menceritakan seseorang. Aku mulai membaca surat yang ditujukan kepadaku.
***
Kemudian aku membaca ceritanya. Ternyata, ceritanya adalah seorang gadis miskin yang selalu bermimpi keliling dunia dan berusaha mewujudkan impiannya tersebut tanpa ada penolakan dalam hati. “Ah… mana mungkin,” pikirku. Padahal, ia hanya seorang anak penjual pisang goreng. Berkat kerja kerasnya, kini dia telah menjelajah semua peta di dunia yang telah dia impikan dahulu.
Entah dari mana kemudian timbul sebuah gejolak dari dalam hatiku yang menghapuskan segala keputusasaan. Saat itu, aku benci diriku yang lalu. Aku ingin menanggalkan semua kepahitan hidup. Karena saat itu juga aku sadar bahwa aku dilahirkan untuk menjadi seorang pemenang. Bukan seorang pecundang yang selalu dikejami oleh dunia. Karena dunia itu keras. Jika kita tidak keras terhadap dunia, maka dunia akan keras kepada kita. Dan, aku tak mau menjadi korban kekerasan dunia. Aku masih punya Allah, Ibu, adik-adikku, dan… my good teacher, Mrs. Ria.
Aku akan buktikan kepada keluarga bahwa aku akan membawa mereka ke kehidupan yang lebih baik dari ini. Aku akan buktikan pada Bu Ria bahwa semangat yang telah diberikannya tak akan pudar sampai aku akan temukan sendiri letak keberhasilan itu.
Bu Ria…
I LOVE U….”
Rangkaian tulisan di atas merupakan sekelumit kenangannya Riris bersama Bu Ria, guru Bahasa Inggris-nya. Cerita-cerita lain yang tentunya menginspirasi dan memotivasi bisa kamu temukan dalam buku Catatan Kecil Tentang Dia yang diterbitkan oleh GagasMedia.
Buku ini merupakan kumpulan kisah haru dan inspiratif dari 25 orang pemenang Sayembara Menulis Tentang Guru yang diselenggarakan GagasMedia beberapa waktu lalu.
Sungguh, membaca halaman per halaman dari para murid tentang sosok sang guru, membuat kita terhanyut ke masa-masa sekolah dulu. Sebagian dari kamu, tentu merasakan apa yang ke-25 murid ini rasakan. Untukmu Guru, Pahlawan Tanpa Tanda Jasa, buku ini kami persembahkan.