Terjebak dalam “friendzone”? Duh, bingung nggak sih? Inilah yang dirasakan Adit terhadap Yara dalam novel Cinta, Kita yang Rasa karya Ariana Octavia. Mau over perhatian, nggak enak. Mau cuek aja, tapi kok rasanya nggak rela, ya.
Yup, apa yang terjadi pada Adit dan Yara memang bikin kita jadi misuh-misuh sendiri. Mengatasnamakan persahabatan, mereka lebih memilih mencintai dalam diam. Hmmm… gregetan, ya. Kalau pendapatmu bagaimana? Nah, berikut ini adalah beberapa pendapat teman-teman yang mengikuti book tour novel Cinta, Kita yang Rasa. Yuk, disimak.
“Aku nggak butuh waktu lama untuk menyelesaikan novel ini karena konfliknya cukup ringan. Bahasanya mengalir dan enak untuk diikuti. Tiap bab diceritakan dengan sudut pandang bergantian antara Adit dan Yara,” itulah pendapat Randombooks_ yang disampaikan melalui akun Instagramnya.
Tidak hanya itu, Randombooks_ mengaku, awalnya ia sebal dengan karakter Rian, tetapi dalam perkembangannya ia mulai menyukai karakter tersebut.
Selanjutnya ada Seffisoffi yang merasa gregetan dengan kisah Adit dan Yara, bahkan sampai membuatnya baper. Menurutnya, interaksi antartokoh di novel ini cukup ramai, dialog-dialognya bikin ngakak, persahabatannya bikin iri, chemistry begitu terasa, dan yang utama ia suka dengan cara penulis mengeksekusi konflik secara apik dan baik.
Setelah Seffisoffi, ada Dumzcharming yang merasa kesal, sebal, gregetan, dan emosi saat “bertemu” dengan Adriana dan Rian. Over all, Dumzcharming menyukai kisah Yara dan Adit. Ia turut merasakan apa yang dirasakan oleh Yara dan Adit. Mulai dari kegalauan saat “virus” cinta menyerang dua sahabat ini hingga tersiksanya mencintai dalam diam.
“Kak Ariana tidak hanya memanjakan pembaca dengan rasa baper akut, tetapi juga dengan dialog kocak antar-tokoh yang bisa mengundang tawa,” ungkap Dumzcharming.
Selanjutnya ada Oliverial_ yang tertarik dengan judul dan sampul novel Cinta, Kita yang Rasa yang menurutnya menarik sekali. Tidak hanya itu, menurutnya, pesan yang disampaikan di dalam cerita pun gampang untuk dicerna.
Terakhir ada Rizkymirgawati yang meyakinkan bahwa setiap penulis selalu punya cara tersendiri untuk mengeksekusi tulisannya meski ide yang diambil sudah umum ditemui.
“Yang menarik, novel ini menceritakan sudut pandang Yara dan Adit secara bergantian. Bagaimana perasaan mereka satu sama lain. Bagaimana karena kenyamanan, mereka terpaku dalam persahabatan, sehingga tidak mencoba mencari tahu apa yang sesungguhnya mereka rasakan,” kata Rizkymirgawati.
Selain itu, masih menurut Rizkymirgawati, tiap bab ditulis secara singkat dan padat dengan gaya bahasa yang ringan dan mudah dimengerti. Bahkan, ia mengaku begitu hanyut dengan kisah mereka hingga tak membutuhkan waktu lama untuk membacanya.
Nah, kamu penasaran nggak dengan kisah Adit dan Yara ini? Atau, pengin tahu seberapa ngeselin si Adriana? Buktikan sendiri saja. Dapatkan bukunya di toko buku langgananmu atau unduh ebook-nya melalui PlayStore, ya.